Diare pada Anak: Cara Aman Mengatasi dan Kapan Harus Segera ke Dokter
Diare adalah kondisi yang sering dialami anak-anak. Sebagai orang tua, melihat si kecil bolak-balik kamar mandi dengan tinja encer bisa sangat mengkhawatirkan. Meskipun sebagian besar kasus diare pada anak bersifat ringan dan bisa sembuh sendiri, kondisi ini tidak boleh dianggap remeh karena dapat menyebabkan dehidrasi, yang jika tidak ditangani dapat berakibat fatal.
Apa Penyebab Diare pada Anak?
Diare pada anak umumnya disebabkan oleh infeksi, baik dari virus, bakteri, atau parasit. Penyebab paling umum adalah virus, seperti Rotavirus dan Norovirus. Infeksi ini seringkali menyebar melalui tangan yang kotor setelah menyentuh permukaan yang terkontaminasi, atau melalui makanan dan minuman yang tidak higienis. Selain infeksi, diare juga bisa disebabkan oleh:
- Intoleransi Makanan: Misalnya intoleransi laktosa.
- Alergi Makanan: Reaksi alergi terhadap susu sapi, kedelai, atau makanan lain.
- Penggunaan Antibiotik: Antibiotik dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus, menyebabkan diare.
- Keracunan Makanan: Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri.
Pertolongan Pertama di Rumah: Fokus pada Rehidrasi!
Tujuan utama penanganan diare pada anak adalah mencegah dan mengatasi dehidrasi. Dehidrasi adalah kondisi di mana tubuh kehilangan terlalu banyak cairan. Gejala dehidrasi pada anak meliputi:
- Mulut dan lidah kering
- Jarang buang air kecil atau urin berwarna pekat
- Tidak ada air mata saat menangis
- Sangat lesu dan tampak kelelahan
- Mata cekung
Berikut adalah langkah-langkah yang bisa orang tua lakukan di rumah:
- Berikan Cairan Oralit: Ini adalah langkah terpenting. Oralit adalah campuran garam dan gula yang dirancang khusus untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Berikan oralit sedikit demi sedikit tetapi sering, setiap 5-10 menit, terutama setelah anak muntah atau buang air besar. Jika tidak ada oralit, air kelapa atau kuah kaldu bening bisa menjadi alternatif sementara.
- Lanjutkan Pemberian ASI atau Makanan: Jangan menghentikan pemberian ASI. ASI mengandung nutrisi dan antibodi yang membantu melawan infeksi. Untuk anak yang sudah makan, berikan makanan yang mudah dicerna seperti nasi, roti panggang, pisang, atau bubur. Hindari makanan pedas, berminyak, atau berserat tinggi yang bisa memperburuk diare.
- Berikan Suplemen Zink: Menurut WHO, pemberian suplemen zink selama 10-14 hari dapat membantu mengurangi durasi dan keparahan diare serta mencegah kekambuhan. Konsultasikan dosisnya dengan dokter atau apoteker.
- Jaga Kebersihan: Pastikan tangan Anda dan anak selalu bersih. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan.
Kapan Harus Segera Membawa Anak ke Dokter?
Meskipun sebagian besar diare bisa ditangani di rumah, ada beberapa tanda bahaya yang mengharuskan Anda segera membawa anak ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat:
- Tanda Dehidrasi Parah: Anak sangat lesu, tidak mau minum, atau tidak buang air kecil sama sekali selama 6-8 jam (atau lebih dari 4-6 jam untuk bayi).
- Diare Berdarah atau Berlendir: Ini bisa menjadi tanda infeksi bakteri atau parasit yang lebih serius.
- Muntah Berulang: Anak terus-menerus muntah sehingga tidak bisa menahan cairan oralit atau makanan.
- Demam Tinggi: Terutama jika demam mencapai 39?C atau lebih.
- Diare Tidak Membaik dalam 2-3 Hari: Diare yang tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan setelah beberapa hari bisa menjadi indikasi masalah yang lebih kompleks.
- Perut Bengkak atau Keras: Ini bisa menjadi tanda adanya komplikasi lain.
Mengatasi diare pada anak membutuhkan ketenangan dan tindakan yang tepat. Fokus pada rehidrasi adalah prioritas utama. Dengan pemahaman yang baik tentang kapan harus bertindak di rumah dan kapan saatnya mencari bantuan medis, Anda dapat memastikan si kecil mendapatkan perawatan terbaik dan segera pulih.
Jika mengalami keluhan tentang kesehatan seperti di atas , yuk segera periksa dan konsultasikan ke Dokter Spesialis Anak di IHC RS Elizabeth Situbondo.
HUBUNGI KAMI